Jangan pernah bangga kalau anda tidak punya utang! Banggalah kalau anda berani berutang! Lho kok?
Pernyataan diatas mungkin sedikit kontroversial, paling tidak dalam pandangan orang awam. Utang memang menjadi momok menakutkan bagi sebagian kita. Orang yang punya banyak utang hidupnya akan sengsara, menderita, dan kehilangan kehidupannya. Singkat kata, utang adalah sesuatu hal yang harus dihindari, dan kita harus bangga jika kita tidak punya utang (uang) sama sekali.
Kalimat diatas memang tidak salah, walau tidak juga sepenuhnya benar. Dikejar-kejar penagih utang, stress setiap bulan (bahkan ada yang setiap hari) untuk membayar cicilan utang, resiko hilangnya barang jaminan yang di-agun-kan untuk berutang, bahkan kebangkrutan akibat ketidak-mampuan melunasi pinjaman, adalah hal-hal negatif yang membuat utang menjadi sesuatu yang begitu menakutkan sehingga harus dihindari.
Tapi apakah utang memang sedemikian buruknya seperti gambaran diatas? Iya, jika utangnya itu adalah utang untuk keperluan konsumtif. Membeli TV, peralatan rumah tangga, handphone, dan sejumlah keperluan konsumtif yang lain. Utang seperti ini memang akan menjadi beban bagi ekonomi, memangkas penghasilan, dan pada kasus dimana utang telah menjadi lebih besar dari penghasilan (besar pasak daripada tiang), akan menggiring kepada kebangkrutan ekonomi yang ujungnya akan membawa kita kepada kesengsaraan seperti gambaran diatas. Utang seperti ini dinamakan utang buruk.
Disisi lain, utang juga bisa menjadi leverage (daya angkat) bagi ekonomi kita. Tidak mengherankan bahwa hampir semua pengusaha, baik pengusaha besar maupun pengusaha rumahan, memiliki utang. Bahkan ekonomi negara kita dibangun dengan pinjaman luar negeri. Para miliarder negeri ini juga setiap tahunnya semakin menumpuk (bahkan memupuk) utangnya. Dengan utang ini mereka membangun usahanya, memperluas, dan menciptakan usaha baru, sehingga mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dari utangnya. Inilah yang disebut utang baik.
Utang baik adalah utang yang digunakan untuk kebutuhan produktif. Utang yang digunakan untuk membangun usaha, atau digunakan untuk membeli asset yang nilainya terus naik. Dengan tambahan modal dari utang yang diperolehnya, ia membangun usaha baru atau mengembangkan usaha yang telah ada, sehingga hasil yang didapatkan melebihi besar cicilan yang harus dibayarkan. Utang jenis ini akan mampu menjadi leverage atau dongkrak bagi nilai ekonomi yang berujung pada perbaikan kualitas kehidupan.
Begitu pula untuk peningkatan ekonomi masyarakat miskin, harus di 'dongkrak' dengan memberikan mereka pinjaman untuk pengembangan usaha. Pinjaman tersebut akan semakin diperbesar seiring dengan perkembangan usahanya. Dengan pengelolaan yang baik, utang yang diberikan akan mampu menjadi solusi bagi masalah kemiskinan. Dengan catatan, utang itu betul-betul digunakan untuk keperluan produktif, dan bukan kebutuhan konsumtif.
Dalam kerangka pikir inilah KSM Ekonomi pada PNPM Mandiri Perkotaan harus berpijak. Ini pula-lah yang membedakan PNPM Mandiri Perkotaan dengan lembaga-lembaga lain yang juga menawarkan pemberian pinjaman kepada masyarakat. Di PNPM Mandiri Perkotaan, pinjaman HANYA BOLEH diberikan untuk pengembangan usaha, dan TIDAK BOLEH diberikan jika penggunaannya hanya untuk konsumtif semata. Dengan demikian, PNPM MP akan menjadi solusi untuk pengentasan kemiskinan, dan bukan malah semakin memiskinkan masyarakat dengan membuatnya terlilit utang.
Faisal Basri, seorang ahli ekonomi terkemuka, dalam sebuah seminar pernah mengatakan: "Pemerintah jangan bangga kalau tidak punya utang atau utangnya kecil, karena itu menunjukkan kemampuan berekspansi yang lambat. Negara kita akan jauh lebih cepat lagi maju, jika pemerintah berani lebih banyak berutang untuk membangun sarana infrastruktur dan berinvestasi".
Jadi, kenapa harus malu berutang? Banggalah jika anda punya utang, karena itu artinya anda siap untuk membuat percepatan dalam membangun ekonomi keluarga.Nb: tulisan ini sudah dimuat di Wep PNPM-MP http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=6089&catid=2&