Memiliki
anak, baik laki-laki maupun perempuan, memang menjadi tantangan tersendiri bagi
orang tua. Salah satunya adalah, bagaimana pendidikan seks buat sang buah hati.
Menyiapkan anak memasuki usia pubernya. Terkadang, dialog antara orang tua dan
anak terkait hal ini mengalami jalan buntu, utamanya antara ayah dan anak
laki-lakinya.
Seringnya,
yang lebih disiapkan oleh orang tua (khususnya ibu) adalah mempersiapkan dan
mendialogkan dengan anak perempuan untuk menghadapi menstruasi pertamanya.
Bagaimana dengan anak laki-laki?? Mimpi basah yang menjadi tanda pubertasnya
(aqil baligh) seringnya berlalu dengan sendirinya. Anak tidak mengerti, dan
tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Sedang orang tua (khususnya ayah)
cenderung tidak peduli, dan berharap sang anak akan mengerti dengan sendirinya
suatu saat nanti.
Padahal,
apa yang terjadi? Sang anak yang telah mimpi basah menjadi tidak sah sholatnya.
Orang tua sering mendorong anaknya untuk sholat, dan terjaga sholat 5
waktu-nya, padahal mereka tidak tahu bahwa anak lelakinya dalam keadaan
junub.
Jadi,
sholat mereka tidak sah. Selama berapa lama? Sehari? Sebulan? Setahun? Bahkan
bisa bertahun-tahun, hingga sang anak mengetahui cara mandi besar (mandi wajib).
Tanggung jawab siapa sholat bertahun-tahun sang anak yang ternyata menjadi
tidak sah.
Ah,
"Tidak ada dosa bagi yang tidak tahu". Betul, bagi sang anak memang
iya. Sholatnya "bisa jadi" dianggap sah karena ketidak-tahuannya.
Tapi bagaimana dengan tanggung jawab orang tuanya, yang tahu tapi tidak
memberitahukannya??
Belum
lagi ancaman bahaya pornografi yang semakin lama semakin mengkhawatirkan.
Masalahnya,
bagaimana cara menyampaikan masalah "mimpi basah" kepada anak yang
belum baligh? Kapan waktu yang tepat untuk menyampaikannya?
Sebuah
tulisan dari bunda Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) kiranya
menjadi sedikit penjelas terhadap seluruh ayah yang hingga saat ini tidak atau
belum pernah berdiskusi dengan anak laki-lakinya mengenai masalah ini. Penting
juga disimpan untuk para calon ayah, untuk mempersiapkan dirinya menjadi orang
tua.
Menyiapkan anak laki-laki mimpi basah ( Aqil Baligh).
Dear
Parents…
Tahukah
anda, bahwa anak laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis
pornografi internasional ?
Mengapa
demikian ?
Karena
anak laki-laki cenderung menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada
di luar. Di berbagai media (Komik, Games, PS, Internet, VCD, HP), mereka
menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan
yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak.
Dengan
berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media- media tersebut, dan
asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone
di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat. Sehingga, testis mulai
memproduksi sperma. Dan kantung sperma menjadi penuh. Karena itu, anak
laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan mani lebih cepat dari
yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya ‘rangsangan’ dari berbagai
media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi !
Dear
Parents…
Menyiapkan
anak kita memasuki masa baligh adalah tantangan besar bagi kita sebagai
orang tua. Kelihatannya sepele, namun sangat penting bagi mereka untuk
mengatahui seputar masa baligh agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang
memiliki seksualitas yang sehat, lurus dan benar. Memang banyak
kendala yang kita hadapi : tabu & saru, bagaimana harus
memulainya, kapan waktu yang tepat untuk memulai, sejauh mana yang
harus kita bicarakan, dan lain-lain. Memang tidak mudah untuk mendobrak
kendala-kendala tersebut, namun jika kita tidak melakukannya sejak dini, bisa
jadi mereka mendapatkan informasi-informasi yang salah dari sumber yang
tidak jelas.
Jadi,
salah satu kewajiban orang tua adalah menyiapkan putra putrinya memasuki
masa puber / baligh. Biasanya anak perempuan yang lebih sering
dipersiapkan untuk memasuki masa menstruasi. Jarang, para ayah yang
menyiapkan anak laki-lakinya menghadapi mimpi basah. Ini adalah tanggung
jawab Ayah untuk membicarakannya kepada mereka.
Mengapa
harus ayah ? Karena anak laki-laki yang berusia di atas 7 tahun,
membutuhkan waktu yang lebih banyak dengan ayahnya, dari pada dengan
ibunya. Dan jika bicara seputar mimpi basah, ibu tentu tidak terlalu
menguasai hal-hal seputar mimpi basah dan tidak pernah mengalaminya bukan
?
Namun,
bila karena satu hal, ayah tak sempat dan tidak punya waktu untuk itu,
ibu-lah yang harus mengambil tanggung jawab ini.
Tips Menyiapkan Anak Laki-laki Menghadapi Mimpi
Basah
-
Untuk mani : Aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer,
hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit, hingga
menjadi agak kuning. Taruh di wadah/botol.
-
Untuk madzi : Beli lem khusus, seperti lem UHU.
Berikutnya
siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya. Apa saja yang
harus disampaikan :
-
Pertama, sampaikan kepada mereka bahwa saat ini mereka telah tumbuh
berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik
mereka. Dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa puber / baligh.
Contoh
: “Nak.. ayah lihat kamu sudah semakin besar saja ya.. Tuh coba lihat
tungkai kakimu sudah semakin panjang, suaramu sudah agak berat. Waah..anak
ayah sudah mau jadi remaja nih. Nah, ayah mau bicarain sama kamu tentang
hal penting menjelang seorang anak menjadi remaja atau istilahnya
ia memasuki masa puber / baligh”
- Di
awal, mungkin mereka akan merasa jengah dan malu.
Namun,
yakinkan kepada mereka, bahwa membicarakan masalah tersebut merupakan
tanggung jawab kita sebagai orang tua, yang nanti akan ditanyakan oleh
Allah di akhirat.
-
Ketika berbicara dengan anak laki-laki yang belum baligh, gunakan the
power of touch.
Sentuh
bahu atau kepala mereka. Hal ini telah dicontohkan oleh Rosulullah
Muhammad yang sering mengusap bahu atau kepala anak laki-laki yang belum
baligh.
Hal
ini dapat menumbuhkan keakraban antara ayah dengan anak. Jika sudah
baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh.
-
Gunakan juga jangkar emosi (panggilan khusus, yang bisa mendekatkan
hubungan kita dengan anak), misalnya: nak, buah hati papa, jagoan ayah,
dan lain-lain.
-
Sampaikan kepada anak kita Tentang mimpi basah & mani
•
Bahwa karena ia telah memiliki tanda-tanda / ciri-ciri memasuki masa
puber, maka pada suatu malam nanti, ia akan mengalami mimpi sedang
bermesraan dengan perempuan yang dikenal ataupun tidak dikenal. Dan pada
saat terbangun, ia akan mendapatkan cairan yang disebut mani. (Kita beri
tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu cairan tepung kanji yang
telah kita persiapkan). Peristiwa itu disebut mimpi basah.
•
Jika seorang anak laki-laki telah mengalami mimpi basah, tandanya ia sudah
menjadi seorang remaja / dewasa muda. Dan mulai saat itu, ia sudah
bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatan yang ia lakukan, baik
berupa kebaikan maupun keburukan. Pahala dan dosa atas perbuatannya itu
akan menjadi tanggungannya. Dalam agama Islam, ia disebut sudah mukallaf.
•
Beritahukan kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah
(sesuai dengan ajaran agama masing-masing).Dalam Islam, orang yang mimpi
basah diwajibkan untuk mandi besar / mandi junub, yaitu :
1.
Bersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel.
2. Cuci kedua tangan.
3. Berniat untuk bersuci
4. Berwudhu.
5. Mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air.
6. Cuci kaki sebanyak tiga kali.
2. Cuci kedua tangan.
3. Berniat untuk bersuci
4. Berwudhu.
5. Mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air.
6. Cuci kaki sebanyak tiga kali.
•
Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah
kita sampaikan.
Tentang madzi
• Jika ia melihat hal-hal / gambar-gambar yang
tidak pantas dilihat oleh anak (gambar yang tak senonoh), maka bisa jadi,
ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. (Kita beri tahukan kepada
mereka contoh cairannya, yaitu lem UHU).
• Cara membersihkannya cukup dengan : mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu.
• Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Qur’an.
• Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan
Hal penting yang harus kita ingat sebelum
membicarakan masalah ini kepada anak adalah kita berlatih dahulu bagaimana
cara menyampaikannya. Mengapa ? Agar komunikasi yang akan
kita lakukan tidak tegang, dan berjalan dengan hangat. Agar
anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan
dengan baik.
Selamat
mencoba …