Seorang aktivis Tionghoa, Zeng Wei Jian alias Ken Ken yang ikut dalam aksi Bela Qur'an II ini menuturkan bagaimana kondisi dan situasi saat aksi berlangsung. Bersama Koordinator Forum Rakyat Tionghoa, Lieus Sungkharisma, inilah catatan lengkapnya.
KEMELUT 4 NOVEMBER
by Zeng Wei JianZeng Wei Jian alias Ken Ken |
PART I : Situasi Jakarta 4 November Pagi Hari
Tanggal 4 November, ada kemelut politik di Jakarta. Ibukota lumpuh. Sejuta umat menyatu dalam ghirah. Mereka menuntut keadilan ditegakan. Di hari ini, Indonesia terasa sebagai negeri tanpa presiden.
Dini hari sebelumnya, Lieus Sungkharisma berkeliling Masjid Istiqlal. Dia bilang, area masjid dipadati umat. Sekitar jam 9 pagi, saya menelusuri Jln. Daan Mogot. Masuk iring-iringan demonstran dari arah Tangerang. Ada laskar FPI, PETA dan ormas-ormas lain.
Lalu-lintas lancar. Tidak macet seperti biasanya. Toko, kantor, bengkel, bank-bank, nyaris tutup semua. Masyarakat berdiri di pinggir jalan, menyaksikan iring-iringan demonstran. Polisi terlihat di beberapa titik. Kabarnya, ada 18 ribu personil gabungan disiagakan hari ini.
Rombongan demonstran juga tampak dari arah Stasiun Beos ke Silang Monas. Tiga truk polisi warna hitam diparkir di depan Lindeteves Trade Center.
Saya dan Lieus Sengkharisma menuju Starbuck Hayam Wuruk. Kami menunggu beberapa pemuda dari Gerakan Muda Budhis Indonesia (GEMABUDHI) dan Koh Asun. Mereka nyatakan ikut aksi "Mengawal Fatwa MUI".
Koh Asun adalah Tionghoa Kristen ex Ahoker. Kemarin malam, kami ngobrol di Spring Hill. Tema diskusinya seputar mengapa Ahok berbahaya bagi harmoni Indonesia dan alasan objektif Ahok tak patut didukung. Yusuf Hamka (Komisaris Indosiar) dan sejumlah Ahoker turut hadir.
Kami elaborasi perilaku kebijakan, manuver politik, dan Ahok's verbal abuse. Alhasil, Koh Asun nyatakan bergabung dalam aksi "tolak penista agama" hari ini.
Tadi pagi, sebelum kami bergerak, ada warga Glodok beretnis Tionghoa menghampiri Lieus Sungkharisma. Lelaki setengah baya itu mengungkap kegundahannya terhadap perilaku Ahok. Dia kuatir ketegangan sosial (yang dipicu Ahok) bisa meluas jadi gerakan hatze anti Tionghoa.
"Dia (Ahok) sih enak. Bisa kabur. Kita yang di sini bisa jadi korban kelakuannya," kata si engkoh.
Kami berusaha meyakinkan dia, bahwa aksi besar hari ini adalah aksi damai. Ini aksi umat Islam, bukan aksi preman. Jadi tidak akan mengarah pada chaoz massal.
Saya berkesimpulan bahwa proses pencitraan Ahok telah gagal. Sebelumnya cukup sukses mengilusi 70% Tionghoa dan 95% Kristen. Namun kebusukan bangkai pada akhirnya tetap akan tercium.
Ex ahoker di Spring Hill sontak speechless saat dijelaskan soal penggusuran berkedok "relokasi" Ahok. Mereka tidak sadar bila penggusuran Ahok berdampak pada pemusnahan sumber ekonomi warga. Alih-alih mensejahterakan, "relokasi Ahok" ini memiskinkan ribuan KK.
Saya kira itu jahat.
PART II : Jamaah Aksi Bela Qur'an Berkumpul
Lautan Masa Membanjiri Bundaran HI |
Jelang sholat Jum'at, Sarinah dan Patung Kuda sudah penuh massa. Ada rombongan aktifis Indonesia Bergerak, Perempuan NKRI, Warga Aquarium, Punk Muslim, Irena Center dan Mualaf, ILUNI, GPMI, Forkabi, PERSIS, FPI, Hamas, Anshorusyariah dan ratusan ribu mujahid yang datang dari seluruh penjuru Indonesia seperti Aceh, Sumbar, Medan, Palembang, Kalimantan, Madura, Makasar, Jawa Tengah, Tanjung Balai dan sebagainya.
Neno Warisman datang bersama Tim "Anak Sungai Jakarta" di sana. Mereka adalah warga korban penggusuran Ahok dari Kampung Kendi dan wilayah bantaran sungai. Mereka bawa sapu untuk membersihkan area unras dan sebagai bahasa simbol "warga Jakarta sapu Ahok".
Di sisi lain, para mujahid juga berkumpul di Masjid Istiqlal.
Di sana, sejak jam 10 pagi pimpinan GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI seperti Habib Rizieq, Ust Bachtiar Nasir, Ust Zaitun Rasmin, Ust Abdullah Syafii dsb memberikan pengarahan terbatas. Ust Arifin Ilham dan Aa Gym juga ada di sana. Pesan mereka: ini AKSI DAMAI dan harus menunjukkan akhlaqul karimah.
Selepas sholat Jumat, para mujahid mulai bergerak. Bunderan HI sampai Merdeka Barat dipadati satu juta pejuang. Laki dan perempuan. Masjid Istiqlal baru kosong di atas jam 3 sore. Diperkirakan, ada 200 ribu mujahid di Masjid Istiqlal saja. Jumlah total massa yang menyatu dalam ghirah mencapai 2,3 juta mujahid.
Di antara jutaan mujahid itu ada seorang kakek yang datang dari Malang menggunakan sepeda motor. Ada juga mujahid yang khusus datang mengikut aksi akbar ini dari Australia. Seorang mujahid Aceh menunda rencana pernikahan dan menggunakan dananya sebagai ongkos datang ke Jakarta, bergabung dalam barisan Umat Islam.
Imam Besar Masjid New York, Ust Shamsi Ali terbang dari Amerika dan ada di antara para pejuang muslim menuntut keadilan.
Gubernur NTB, Bpk Zainul Majdi memimpin mujahid Nusa Tenggara bergabung dalam aksi ini.
Selain tokoh seperti KH. Maaruf Amin, Prof Didin Hatidhuddin, Ust. Abu Jibril, Ust Bobby, Prof Nazaruddin Umar, Ust Ahmad Lutfi Fathullah, Ust. Tony Rosyid, Ust Haikal Hassan, Ust Erick Yusuf, Ust Fadlan Garamatan, Ribuan Ulama lain dan Jihadis, tampak pula figur nasional seperti Rahmawati Sukarnoputeri, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Kiwil, Lucky Hakim dll. Aksi ini juga diikuti sekelompok mujahid tunanetra. Mereka saling berpegang pundak di tengah barisan mujahid.
Makanan dan minuman berlimpah. Semua orang saling bantu. Seorang pedagang lontong sayur menggratiskan dagangannya untuk para mujahid. Artis Peggy Melati Sukma menyumbang 2500 bungkus konsumsi. Jaya Suprana memberi sumbangan air minum. Selain begitu banyak pengusaha muslim ikut memberi bantuan konsumsi. Semuanya menyatu dalam satu spirit ghirah.
Jadi, bila KPK mengaudit aliran dana aksi ini sesuai arahan Pdt. Gilbert maka hasilnya pasti nihil. Sebelum aksi ini digelar, Pdt Gilbert menyebut dugaan adanya aliran dana 100 Milyar. Saya kira itu tidak benar.
Hari ini udara cerah. Normal. Terik. Sumpah serapah Ahoker yang memohon agar Jakarta diguyur hujan badai hari ini tidak terkabul. Kabarnya, pihak istana menugasi 12 dukun untuk menurunkan hujan badai. BMKG sudah meramalkan Jakarta akan hujan. Nyatanya, alam berkehendak lain.
Saya dan rombongan kecil etnis Tionghoa mulai bergerak di waktu yang sama. Naik busway menuju patung kuda.
Busway bergerak pelan. Jalan Hayam Wuruk mulai dipenuhi mujahid. Iring-iringan warga dan Laskar Luar Batang bergerak lebih cepat. Mereka baru saja mendatangi kompleks rumah Ahok di Pantai Mutiara. Seratus anggota Brimob bersenjata menghadang mereka.
Dari arah Jln Gajahmada, rombongan umat juga mulai menyemut. Dari Jln Kejayaan, Ketapang dan sekitarnya. Mereka membawa bendera Merah-Putih. Banyak sekali. Mujahid dari Masjid Kebon Jeruk dan pendekar Betawi dari Kartini juga tampak.
Jl. Majapahit ditutup. Kita turun di Harmoni dan belok kiri. Anak-anak GEMAHBUDI menggelar aksi pungut sampah. Diikuti sejumlah Mujahid. Rombongan Mujahid terhenti di sepanjang Jl. Juanda. Ada Laskar Luar Batang dan HMI di sana. Rupanya Jl. Veteran III diblokade aparat. Ditutup benteng tameng.
Saya dan Lieus Sungkharisma berinisiatif mendatangi petugas. Saya sempat teriak, "Rakyat hendak lewat, harap polisi tidak menghalangi".
Sontak sejumlah mujahid merapat dan berkerumun di belakang. Ada yang berteriak "Allahuakbar...!"
Lieus Sungkharisma minta izin agar blokade tameng dibuka. Komandan jaga terbatah-batah. Dia bilang dia hanya jalankan instruksi. Dia diberi tugas mengalihkan arus massa agar berputar lewat Jl. Veteran II.
Tiba-tiba Kapolda dan Pangdam muncul. Rupanya kedua pucuk pimpinan ada di lokasi ini. Sontak kami terkejut dengan kemunculan kedua komandan ini. Air muka mereka tegang, kikuk sekalipun sangat simpatik dan ramah.
Saya bisa memahami bila kedua komandan ini dalam kondisi sangat cemas.
Mereka menghadapi situasi genting. Salah langkah atau meleset sedikit bisa bikin republik berdarah-darah dan bubar. Ini pengumpulan massa terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Lebih besar dari rapat raksasa di Lapangan Ikada (19 September 1945) yang dihadiri 300 ribu orang.
Penistaan Surat Al Maidah dan proses hukum tidak jelas memicu aksi besar ini. Bila situasi tak terkendali dan meletus huru-hara, maka Ahok dan Presiden Jokowi adalah pihak yang paling bertanggung-jawab.
Lin Che Wei diharuskan berjalan kaki dari Kantor Kemenko Perekonomian. Akibat ruas jalan sekitar Lapangan Banteng ditutup dan lautan manusia. Lin menggambarkan, tidak ada slogan politik dan suasana rasial anti ras dan agama. Dia puji aksi akbar ini. Komnas HAM menyebut aksi GNPF MUI ini sebagai aksi paling beradab. Laskar FPI menjaga taman secara ketat. Sehingga tidak ada taman rusak yang bisa dijadikan bahan fitnah oleh Ahoker. Mujahid dari Bandung membawa tanaman dan diberikan kepada Pemda DKI Jakarta.
Ternyata, di sela-sela aksi jutaan umat Islam, ada sepasang pengantin yang sudah menjadwalkan upacara pemberkatan tanggal 4 November di Gereja Katedral.
Para peserta aksi membuka jalan untuk pasangan pengantin ini. Kemungkinan besar, mereka adalah Ahoker. Mereka dilindungi. Tidak diusik.
Hanya wartawan media Metrotivi dan Kompas saja yang diusir.
PART III : Demonstrasi Berjalan Tertib dan Damai
Panggung Orasi Aksi Damai 4 November |
AM Fatwa, seorang demonstran, bilang aksi damai 4 November adalah pengumpulan massa terbesar. Tidak pernah terjadi di kemelut politik tahun 1966, 1978, 1998.
Tidak ada partai di Indonesia sanggup memobilisasi massa sebanyak aksi damai 4 November. Tidak PNI, PKI, Golkar, PDI-P. Apalagi partai gurem macam Nasdem. Hanya ghirah Islam yang sanggup menyatukan sedemikian banyak manusia.
Kerapatan massa membatasi jarak pandang. Saking asik membersihkan sampah, anak-anak GEMAHBUDI raib.
Kedua ruas Jalan Medan Merdeka Utara penuh sesak mujahid. Akses menuju istana diblokade tameng dan gulungan razor wire. Ada mobil water canon. Sejumlah ustad dan ulama berorasi di atas dua unit mobil komando. Suara loudspeakernya terlalu lemah.
Rombongan utama ada di sisi Medan Merdeka Barat. Di sana, para ulama dan tokoh-tokoh masyarakat berorasi.
Negosiasi pertama diwakili 2 orang Juru Runding GNPF MUI yaitu; KH. Bachtiar Nasir, dan KH. M. Zaitun Razmin. Istana menugasi Menkopolhukam Wiranto menerima delegasi umat. Para mujahid meminta bertemu Presiden Jokowi. Perundingan pertama deadlock.
Beberapa hari sebelum aksi digelar, Presiden Jokowi sudah memberi sinyal tidak akan menemui para mujahid. Kali ini dia blusukan ke Bandara Soetta. Mendadak. Sepi manusia. Dia meninjau proyek kereta bandara.
Ahmad Dhani merasa Jokowi tidak menghargai para ulama dan habaib yang meminta audiensi. Bagi Dhani, para ulama adalah penerus Rasululloh. Saking marahnya, Dhani menyebut "Jokowi Anjing".
Juru Runding kembali mendatangi istana. Pihak istana kekeuh menawarkan Menko Polhukam. Negosiasi kedua pun deadlock. Jokowi tidak memberi sinyal akan kembali ke istana.
Seorang kawan yang berada di sisi Medan Barat mengirim foto-foto sniper yang katanya ditempatkan di atas gedung RRI. Ada beberapa jendela terbuka di Gedung Mahkamah Agung (MA).
Saya perlihatkan foto-foto sniper itu kepada beberapa mujahid, sambil menunjuk ke arah daun jendela yang terbuka. Kami pun tertawa. Para mujahid tampak rilex. Sekali pun kemungkinan bahaya terburuk selalu ada di depan mata. Kita tidak pernah tau, bagaimana reaksi aparat dan istana beberapa jam yang akan datang.
Pangdam Jaya dan Kapolda Metro Jaya mendatangi mobil barisan aksi di Medan Barat. Mereka datang menemui Habib Rizieq, menawarkan dialog dengan Wapres Jusuf Kalla.
Habib Rizieq Syihab bersedia memenuhi tawaran tersebut dengan "jaminan" agar Wapres JK bersedia memerintahkan Kapolri untuk menangkap Ahok hari ini juga.
Dialog juru runding dan Wapres JK berlangsung alot. Kali ini, KH Misbahul Anam ikut dalam rombongan juru runding.
Pertemuan selesai sekitar waktu magrib. Wapres JK menyatakan akan memproses Ahok secara cepat, tegas dan transparan. Dua minggu, kasus ini akan dituntaskan. Demikian kata Wapres JK.
Para mujahid tidak menerima hasil tersebut. Teriakan anti jokowi terdengar. Mereka sepakat bermalam di depan istana. Mujahid perempuan bergerak meninggalkan lokasi. Situasi mulai tegang. Wiranto sudah memberi warning batas waktu aksi sampai jam 6 petang.
Masjid MA dan tamannya dijadikan tempat sholat berjamaah. Mujahid berbaris rapih, tenang, antri air untuk berwudhu.
KH Arifin Ilham berinisiatif bernegosiasi langsung dengan Wapres JK.
MEMASUKI ba'da Isya, suara ledakan mulai terdengar di sisi Medan Barat. Seorang pemuda mujahid bilang itu petasan. Beberapa mujahid berseru "hati-hati provokasi".
Suara letupan terdengar lagi. Semakin lama suaranya semakin sering. Ruas jalan dibuka. Laskar FPI menerobos menuju ke depan barisan. Kami tau, kawan-kawan di sisi Medan Barat sedang ditembaki aparat. Suara dentumannya semakin keras dan semakin banyak.
Setiap kali dentuman keras terdengar, mujahid serempak berteriak "Allahuakbar".
Sekali lagi ruas jalan dibuka. Laskar FPI lain berlari merobos ke depan. Mata mulai terasa perih. Sekarang, semua orang telah membalurkan pasta gigi di bawah mata.
Seorang mujahid berkata, "Masa kita harus berkelahi dengan polisi. Mereka juga saudara-saudara kita. Hanya karena seorang Ahok."
Suara letupan keras terdengar lagi. "Allahuakbar" bergema. Kali ini, barisan serempak maju ke depan. Namun tertahan kembali. Ada suara-suara, "satu komando", "Tenang-tenang".
Saya tau teman-teman sedang ditembaki di sisi lain. Namun ini aksi damai. Para Ulama dan Habaib belum memberi instruksi ofensif. Semua orang menahan diri. Ust Arifin Ilham tertembak. Kami yang berada di sisi Utara menunggu giliran.
Sebuah peluru gas air mata tiba-tiba terjun bebas. Barisan mundur tiga langkah pelan. Tiba-tiba, kami diberondong gas air mata.
Saya ikut arus masuk halaman gedung MA. Bagian terbesar mundur ke belakang. Hujan gas air mata terus menerjang. Saya dan sejumlah mujahid berlindung di dalam pos satpam.
Gas air mata terus dilontarkan. Jumlahnya semakin banyak. Sebagian masuk ke halaman MA. Mata semakin perih, hidung terasa pedas dan dada mulai sakit. Sampai akhirnya, saya bilang kita harus keluar dari pos kecil itu. Entah, berapa puluh kali kami ditembaki gas air mata.
Saya masuk ke dalam ruang kerja komandan jaga MA. Lieus Sunghkarisma dan seorang pimpinan mujahid dari Kapuk sudah di sana.
Sejumlah kawan mengirim pesan WA. Rupa-rupanya, serangan gas air mata disiarkan di TV One. Kepanikan merebak.
PART IV : Aksi Damai Bela Qur'an Diwarnai Insiden
Polisi Menembakkan Gas Air Mata dan Meriam Air |
Sisi Medan Utara dibombardir, setelah sisi Medan Barat berhasil dipukul mundur dengan puluhan tembakan gas air mata. Sekitar 150 mujahid terluka. Bpk Syahrie Oemar Yunan tewas di rumah sakit akibat sesak nafas diserang gas air mata.
WA messenger kerap berbunyi. Sejumlah teman bertanya soal kondisi lapangan. Ada yang ngabarin kepanikan saudaranya yang tinggal di Pluit. Warga Tionghoa dihantui kecemasan. Mereka takut serangan keras pemerintah terhadap para mujahid meluas menjadi chaoz massal.
Saya berada di salah satu ruang kerja staf Mahkamah Agung. Di sana, kami diskusi, mengavaluasi dan membahas kemungkinan dampak dari pembubaran paksa tersebut.
Sebagian besar mujahid bergerak mundur menuju Gedung DPR. Sebagian lagi mundur ke Masjid Istiqlal. Bila ulama menginstruksikan mujahid kembali ke istana, maka show down belum berakhir.
TV One menayangkan slide tiga mobil terbakar, konferensi pers Wapres, interview Wiranto, dan arus massa di Bunderan HI.
Ada gambar Habib Rizieq di atas mobil komando yang bergerak mundur. Air mukanya sangat tenang menghadapi krisis. Tiada rasa ketakutan tergores di matanya. Sosoknya jadi sedemikian sejuk di tengah kemelut.
Saya kira, bila saat itu Habib Rizieq dan para ulama memberi instruksi agar mujahid kembali ke istana, maka the state of war tak terelakan. Harganya tinggi sekali. Jokowi bisa jatuh.
Saya lihat, sejuta mujahid yang menyemut di sekitar istana tidak gentar. Mereka tidak kembali karena patuh perintah ulama.
Ketika kondisi genting, Laskar FPI justru berlari ke depan. Menerobos barisan umat. Saya kira mereka siyap menjadi benteng hidup melindungi mujahid tak terlatih.
Edot mengirim pesan WA. Penjaringan rusuh. Ada gerakan "sweeping mobil". Sasarannya etnis Tionghoa. Sebuah mini market dijarah massa. Elshinta mengabarkan ada lima toko dirusak. Polisi kabur.
Ketua Pengurus Masjid Keramat Luar Batang, Bang Faisal, menginstruksikan warganya agar tidak keluar kampung dan ikut gerakan anarkis.
Saya dan Lieus Sungkharisma baru keluar gedung MA setelah dapet kepastian kabar dari Istiqlal. Ulama memberi instruksi aksi selesai untuk malam ini. Para mujahid diminta beristirahat.
Suasana di luar Gedung MA mencekam. Berantakan. Bau gas air mata samar-samar masih tercium. Sejumlah tentara dan polisi duduk beristirahat. Sebagian terkapar seperti orang-mati, akibat kelelahan.
Rombongan mujahid dan ulama diterima Komisi III dan Ketua MKD DPR-RI, Bpk Sufmi Dasco. Mereka berdialog sampai jam tiga pagi.
Supir taxi mengabarkan bahwa ada pengumpulan massa di sekitar Tanjung Duren. Dia marah melihat perilaku Ahok. Baginya, Ahok bisa memicu kerusuhan massal.
Polisi menutup akses Jl. Gajahmada menuju Pasar Ikan. Kami harus berputar masuk Jl. Ketapang. Akses jalan utama sekitar Glodok ditutup warga dan hansip. Mereka bilang, "Pasar Ikan rusuh".
Menurut Dharma Diani, warga Luar Batang, suara tembakan berlangsung sampai subuh. Polisi berhasil menangkap 15 orang penjarah. Bareskrim menyatakan aksi anarkis di Penjaringan tidak berkaitan dengan unras di istana.
Saya kira komunitas Tionghoa dan Nasrani perlu mengevaluasi keberpihakannya terhadap Ahok yang minim prestasi, arogan, bermulut kasar, dan memicu unras besar umat Islam. Kemelut ini tidak akan berakhir sebelum hukum dan keadilan ditegakkan.
THE END
0 comments:
Post a Comment