Transkrip Khutbah Jumat 2 Desember 2016: Sikap Kita Buat Penghina Qur'an

Sikap Kita Untuk Penghina Qur’an

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah jumat yang dirahmati Allah
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mencurahkan karunia dan kenikmatan-Nya pada kita, sejak kita masih dalam perut Ibu, saat kanak-kanak hingga sampai detik ini Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak henti-hentinya mencurahkan karunia-Nya, baik kita balas karunia itu dengan taatnya kita menjalankan perintah Allah, maupun kita balas dengan malasnya kita menjalankan perintah-Nya dan bahkan lebih semangat mengikuti keinginan nafsu dan keinginan kita, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap saja mengucurkan karunia-Nya dan tidak langsung menghentikan kenikmatan-Nya kepada kita
Baik kenikmatan yang sifatnya dhohir maupun batin, khususnya kenikmatan Iman dan Islam, dan disempurnakan kenikmatan tadi dengan dijadikannya kita menjadi Umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, Nabi Yang Paling Mulia diantara seluruh Para Nabi dan Rasul, hingga kita menjadi Umat yang paling mulia diantara semua umat, maka Sholawat dan Salam semoga tercurah kepada Beliau, Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam beserta seluruh keluarganya yang suci dan seluruh Sahabat nya yang mulia, dan seluruh penerusnya hingga akhir zaman

Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Saya wasiatkan khususnya bagi saya pribadi selaku khotib dan hadirin yang ada di Masjid ini, dan kepada seluruh umat Islam di manapun dia berada, untuk selalu meningkatkan Iman dan Taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tidak ada yang bermanfaat bagi kita selain ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, apapun yang kita lakukan, kita miliki dan kita ucapkan, jika tidak bersandar kepada ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, meski kadang tampaknya amalan akhirat, maka akan jadi sia-sia, kebalikannya jika segala sesuatu disandarkan dan asasnya dari ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mesti wujudnya amalan dunia, itu akan bermanfaat bagi kita, baik di alam dunia ini, alam barzakh, alam mizan, alam siroth, hingga alam akherat kelak

Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Hari ini di tanggal 2 Desember ini, bisa jadi kelak akan menjadi hari yang dimasukkan dalam catatan sejarah di Negeri ini, hari ini saudara-saudara kita sedang mengajukan aspirasinya kepada pemerintah, terkait penistaan kepada simbol-simbol agama yang kita muliakan. Saudara-saudara kita itu berbuat demikian semua dikarenakan ada rasa ghiroh dan marah, saat Agama ini dilecehkan, maka permintaan mereka kepada pemerintah, agar kasus ini ditanggapi serius dan ada tindakan hukum bagi yang menistakan Agama.
Kita sebagai seorang muslim memang harus punya ghiroh, yaitu rasa cemburu dan cinta kepada Agama ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kita kepada apapun dan siapapun, bahkan hal itu harus kita tanamkan di dalam hati sejak dini, agar menghujam didalam hati kita. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam kita, jika kita lebih mencintai yang lain selain kepada Allah , Rasul dan Jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat AtTaubah ayat 24 yang berbunyi :
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Artinya :
“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik“.

Kita Hidup di pekat gelap perjalanan umah. Telah purna nubuwah, telah khatam khilafah. Telah habis kerajaan yang menggigit sunah meski juga menzhalimi umah. Kita dalam penantian akan fajar yang hendak terbit mengawali masa gemilang yang dijanjikan Rasulullah. Dan jelaslah kita hidup disebuah negeri bernama Indonesia, yang merah benderanya lambang darah para syuhada, putihnya simbol tulus maksud dan tujuan mereka, yaitu agar Islam tegak di Indonesia. Namun hari ini, justru negara melindungi orang yang telah menghina agama para pejuang pembebas bumi pertiwi dari penjajah. Negara tak bisa menghukum orang yang menyakiti hati mayoritas penduduk negeri ini. Ketika mulut para aparat dan hakim masih saja terbungkam, maka jangan salahkan umat Islam kalau tak bisa tinggal diam.

Ikhwani fillah jamaah Jumat rahimakumullah…
Menghina adalah perbuatan tercela apapun macam dan bentuknya, kepada siapapun di tujukan, minimal itu adalah sebuah kedzoliman kepada sesama hamba dan klimaksnya adalah sebuah kekufuran yang menyebabkan status seseorang berubah dari muslim ke kafir, atau apabila ia kafir asli, dengan menghina Islam dia secara otomatis mendeklarasikan dirinya sebagai aimmatul kufri(gembong kekafiran). Bahkan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat dan meminta maaf.
Dalam pandangan manusia saja, menghina bisa menimbulkan pertumpahan darah, apalagi jika yang dihina adalah agama mayoritas manusia di Indonesia. Bukan darah satu dua orang yang siap kita korbankan, puluhan atau ratusan jiwa itu lebih murah dari kehormatan agama Islam beserta kitab sucinya. Islam tidak akan sampai ke kita jikalau tidak ada darah para syuhada Badar dan Uhud yang membela agama Islam. Begitu juga dengan para pejuang yang mengorbankan harta dan jiwanya agar Islam tegak, tidak dihina dan direndahkan dari awal kemunculannya hingga hari ini.
Orang yang menghina Allah Ta’ala dan dien ini tidak diberi udzur atau kesempatan untuk minta maaf dengan alasan apapun kecuali karena dipaksa. Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah Ahok mencela Al-Qur’an karena terpaksa? Kalau tidak, cukupkah dikatakan beriman dengan hanya berdiam diri dan tak melakukan aksi?

Wahai kaum muslimin….
Camkanlah dalam hati anda bahwa ketika anda menolong dan membela agama-Nya pasti Allah akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita hari ini, terkhususnya di sini.
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman jika kalian menolong Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kaki-kaki kalian.” (QS, Muhammad : 7)
Ketahuilah bahwa jihad yang paling afdhal adalah berkata benar di hadapan para penguasa, Nabi kita bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling afdhal adalah berkata benar di hadapan pemimpin zhalim”
Bahkan jika seseorang mati karena dibunuh penguasa zalim disebabkan amar ma’ruf nahi munkar, dia termasuk pemimpin para syuhada. Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ
“Penghulu para Syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zhalim lalu ia menyuruhnya dan melarangnya, lalau pemimpina itu membunuhnya.”(Hadits Shahih dalam Mustadrak ‘ala shahihain).

Tapi yang perlu kita ketahui adalah, bahwa letak “cinta dan ghiroh” itu ada di dalam hati, itu semua adalah amalan hati, sedang wujud dan penerapan Cinta dan Ghiroh itu bisa beragam, bisa lewat demo, sebagaimana yang dijalankan saudara-saudara kita saat ini, bisa dengan tulisan, bisa dengan ucapan, bisa juga dengan doa, yang intinya adalah adanya Suara Hati kita. Yang paling penting dan harus diperhatikan adalah, yang pertama niat harus karena Allah dan Rasul-Nya, dan yang kedua harus sesuai syariat. Misalnya syariat menyuruh kita patuh pada peraturan dan undang-undang suatu Negara, maka kita juga harus patuh dengan peraturan dan undang-undang negara itu, sebagaimana para ahli tafsir menyebutkan kepatuhan pada Ulil amri, dan tidak boleh melanggar syariat misal sampai merusak, anarkis atau melukai orang lain.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Jika ditanyakan bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim dengan kondisi yang demikian? Maka semestinya kita juga tidak tinggal diam, kita harus juga merasa terganggu jika ada orang yang menghina kemuliaan Islam, meski tidak harus dengan wujud demo, bisa dengan wujud yang lain, seperti yang saya sebutkan tadi. Kita yakin dan berkhusnudzon bahwa yang turun ke jalan hari ini sudah sesuai prosedur dan konstitusi yang ada, bahkan dari pihak pemerintah juga sudah merespon positif, apalagi yang turun ke jalan itu bukan orang sembarangan, mereka adalah Ulama-ulama, Guru-guru kita juga. Maka kita berdoa saja semoga petingi-petinggi negeri ini bisa benar-benar mengayomi warganya, menampung aspirasi rakyatnya, dan menegakkan supremasi hukum kepada siapa saja. Dan insyaALLAH kita percayakan dan kita kembalikan urusan itu kepada yang berwenang


Kaum muslimin yang semoga Allah kuatkan semangat juangnya…
Sebagian kaum muslimin melarang menasihati pemimpin secara terang-terangan bahkan mereka mengharamkan demonstrasi dengan alasan tidak nyunah. Kita katakan, mereka adalah orang-orang yang buta sejarah, buta akan kehidupan para salafus salih yang menjadi panutan.
Perlu diketahui wahai saudara, anjuran menasehati para pemimpin secara empat mata, tidaklah sama sekali menunjukkan pembatasan bahwa inilah satu-satunya cara, melainkan merupakan salah satu bentuk cara nasihat terhadap pemimpin. Tak ada korelasi apa pun yang menunjukkan bahwa terlarangnya menasihati pemimpin secara terbuka.
Sejarah menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul, sebagian sahabat, tabi’in, dan para imam kaum muslimin, pernah menasihati pemimpin secara terang-terangan, baik yang dilakukan di istana penguasa ataupun di tempat selainnya.
Di zaman tabi’in ada Sa’id bin Jubair murid dari sepupu rasulullah Ibnu Abbas yang gagah berani tanpa ada rasa takut sedikitpun dalam hatinya menentang gubernur zalim; Hajjaj bin Yusuf. Sa’id adalah imamnya para imam pada zamannya, dan manusia paling ‘alim saat itu. Dia tidak mengatakan, “Aku akan pergi ke Hajjaj dan akan menasihatinya empat mata!” Tidak, dan tak satu pun ulama saat itu dan setelahnya, menjulukinya sebagai khawarij.
Kemudian Ibnu Taimiyah seorang ulama sekaligus mujahid, tatkala Sultan Ibnu Ghazan berkuasa di Damaskus, Raja Al-Karaj datang kepadanya dengan membawa harta yang banyak agar Ibnu Ghazan memberikan kesempatakan kepadanya untuk menyerang kaum musimin Damaskus. Namun berita ini sampai di telinga Ibnu Taimiyah. Sehingga ia langsung bertindak menyulut api semangat kaum muslimin untuk menentang rencana tersebut dan menjanjikan kepada mereka suatu kemenangan, keamanan, kekayaan, dan rasa takut yang hilang. Lalu bangkitlah para pemuda, orang-orang tua dan para pembesar mereka menuju sultan Ibnu Ghazan.
Inilah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ia bersama umat Islam lainnya menuju istana Sultan untuk menentang kebijakan dan rencana jahatnya bersama Raja Al-Karaj untuk menyerang kaum muslimin Damaskus. Inilah yang orang sekarang bilang demonstrasi. Imam Ibnu Taimiyah tidak mengatakan, “Aku akan nasihati Sultan Ghazan secara empat mata.” Justru ia melakukannya bersama umat Islam secara terang-terangan.
Dan, yang jelas tak satu pun para ulama Islam mengatakan, bahwa menasihati pemimpin secara terbuka adalah bentuk pemberontakan bahkan khawarij. Ini adalah pengertian yang amat jauh. Tidak pantas menyamakan pemberontakan dengan nasihat. Sebab yang satu berdosa, dan yang lain berpahala dan mulia. Tak pantas pula hal itu disamakan dengan keluarnya kaum khawarij terhadap pemerintahan Ali. Sebab, yang kita bahas adalah tentang penguasa atau pemimpin yang zalim, bukan pemimpin yang adil seperti Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu.

Para Jama’ah Kaum Muslimin Yang Semoga Dirahmati Allah….
Hari ini ada seorang penguasa ibu kota negara yang bukan hanya melakukan tindak kedzaliman tapi ia telah melecehkan kitab suci umat Islam, ia menjatuhkan kehormatan kaum muslimin. Perlu diketahui bahwa pernah ada seorang muslimah yang dilecehkan dan ditawan Romawi, khalifah Mu’tasim Billah menyerukan jihad yang akhirnya 30.000 ribu tentara Romawi ditawan dan 30.000 ribu tentara Romawi tewas.
Lihatlah hanya seorang wanita muslimah, lalu bagaimana dengan pelecehan terhadap kitab suci Al-Qur’an yang menjadi kemuliaan, kehormatan dan kebanggaan bagi seluruh umat Islam. Berarti ia telah melecehkan seluruh umat Islam, ia telah menjatuhkan kehormatan dan harga diri kaum muslimin. Tentunya ia lebih berhak untuk diperangi.
Jadi, aksi demo menuntut ahok agar diadili dan diberi sanksi pada hari ini bukanlah sebuah aib atau cela yang harus ditutupi, bahkan ini adalah sebuah keharusan bagi kaum muslilmin, sebagai bentuk pembelaannya terhadap agama Allah .

Hadirin yang dirahmati Allah,
Sesungguhnya permasalahan yang lebih mengherankan justru reaksi yang berlebihan dari kedua belah pihak, ada saudara-saudara kita yang mungkin karena marahnya hingga keluar caci maki dan memperlebar permasalahan, kondisi ini diperparah dengan bumbu kepentingan politik dan kekuasaan, hingga sudah tidak karena Allah lagi. Tapi alhamdulillah Ulama-ulamanya selalu mengingatkan untuk fokus pada visi dan misi perjuangan, dan tidak belok kemana-mana.
Pada kubu tandingannya lebih parah lagi, demi membela terdakwa, ada orang-orang yang juga sesama muslim, justru selalu menghujat dan mencaci-maki saudara muslimnya hanya karena beda pandangan saja. Dan yang sangat mengherankan bahkan mereka tanpa segan-segan berani menghujat Ulama-ulama. Semua demi membela pendapat dirinya dan menjatuhkan pendapat lawannya, hingga fitnah dan cacian pun disebar di media-media sosial, sampai muncul kata-kata kotor kepada Ulama-ulama itu. Yang aneh, semua dijalankan atas nama MENYAMPAIKAN ISLAM YANG BENAR, ISLAM YANG RAHMAT.
Apakah bukan hal yang gila, mendakwahkan Islam yang rahmat dengan cara menghujat Ulama-ulama yang semestinya justru dijaga kehormatannya, bahkan yang seharusnya justru dibela dan dimuliakan?. Dari mana ajaran dan model dakwah semacam ini berasal?. Apakah mereka tidak pernah mendengar, kemuliaan seorang muslim? Bahwa ghibah kepada seorang muslim itu seperti makan daging saudaranya sendiri, itu seorang Muslim, lalu bagaimana dengan kemuliaan seorang yang berilmu?
Imam Ibnu Asakir berkata:
Ketahuilah wahai saudaraku bahwa daging para ulama itu beracun, siapa saja yang melepaskan lisannya dengan cacian dan makian kepada ulama, maka sebelum mati Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat mati hatinya, maka jangan sekali-kali mencemarkan nama baik dan mem fitnah mereka”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 9:
Katakanlah, apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak ber ilmu?”
Maka hadirin yang dirahmati Allah, hati-hatilah dalam mengambil langkah hidup kita ini, seorang yang cerdas tentunya mencari jalan yang lebih aman daripada yang penuh resiko, fitnah akhir zaman sudah sangat tampak sekali.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda: “Sebelum kiamat tiba, akan muncul tahun-tahun penuh tipuan, ketika itu orang jujur akan dianggap sebagai pendusta, sedang orang pendusta justru akan dipercaya, dan orang-orang bodoh angkat bicara” (Hadits Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah).
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah direndahkannya para Ulama dan diangkatnya orang jahat” (dari Sahih Al Hakim).

Hadirin yang dirahmati Allah,
Saat ini kita hidup di zaman dimana ucapan selebriti media lebih dipercaya daripada Ulama. Tulisan pengamat lebih dipegang daripada kitab, propaganda dan retorika lebih dipercaya daripada hujjah seorang alamah. Kita hadir di zaman dimana orang yang memperjuangkan yang haq akan dimusuhi, orang yang menjalankan syariat akan dibenci, orang yang menyampaikan kebenaran akan dicaci maki, dan kondisi semacam ini bertambah tahun akan semakin bertambah mengkhawatirkan, maka tidak ada yang akan membuat kita ini selamat kecuali kembali kepada Allah, kita lari kepada Allah, sudah cukup kita main-main dengan hidup ini, sudah cukup kita lalai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, pikirkan anak cucu kita kelak, jika kita masih terus menerus jauh dari Allah dan tertipu dengan dunia ini, terbawa arus hinanya dunia, lalu bagaimana dengan generasi anak-anak kita yang tentunya akan menghadapi hal yang lebih mengerikan lagi.
Semoga kita semua yang hadir di Masjid ini, keluarga kita semua, Guru-guru kita, orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita, dan seluruh umat Islam, Umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam di seluruh alam, dilindungi dari fitnah-fitnah akhir zaman, dijaga Iman dan Islam kita , dijaga Aqidah kita dalam Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah, mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, mencintai Ahlul Bait Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, mencintai Para Sahabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, mencintai Para Ulama dan mencintai saudara sesama muslim kita.
Disatukan hati kita sesama saudara muslim, meski beda dalam pandangan politik, pandangan faham, pandangan mazhab, namun tetap satu hati. Dan Allah membuang semua penyakit hati kita, membuang rasa benci kepada saudara sesama muslim, rasa iri, dengki dan hasad, hingga kita bisa saling memahami satu dengan yang lain nya. aamiin Allaumma aamiin
Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ





Khutbah kedua

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُون
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Orang yang bersama Al-Qur’an akan selalu mendapatkan kebaikan, perhatikan hadits berikut.

Dari Abu Musa Al Asy’ariy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah Utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak ada aroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang membaca tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5059)

Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa yang bershalawat sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sepuluh kali. Arti shalawat dari Allah adalah ampunan dari Allah.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللهم اعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين
اللهم انصر المجاهدين فى فلسطين اللهم انصر المجاهدين فى كل مكان
اللهم انصر المتظاهرين في جاكرتا, اللهم بارك لهم في عملهم وأهن من طعن بدينك وأعوانه
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِين.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Download versi PDF-nya disini

Disampaikan saat khutbah jum'at di Masjid Al-Ikhlas, Sangkrah, Solo oleh Sultan Hasanudin, ST

1 comment: